Kearifan Lokal Daerah Gresik

Setiap negara di dunia itu memiliki keunikannya tersendiri, termasuk juga negara Indonesia. Keunikan Indonesia sendiri berasal dari adat istiadat, tradisi, dan kearifan lokal yang ada di Indonesia. Bukan hanya satu, setiap daerah bahkan memiliki kearifan lokalnya masing-masing. Kearifan lokal adalah pandangan hidup suatu masyarakat di wilayah tertentu mengenai lingkungan alam tempat mereka tinggal. Pandangan hidup ini biasanya adalah pandangan hidup yang sudah berurat akar menjadi kepercayaan orang-orang di wilayah tersebut selama puluhan bahkan ratusan tahun.

Kearifan lokal juga merupakan bentuk kekayaan budaya yang harus digenggam teguh, terutama oleh generasi muda untuk melawan arus globalisasi. Dengan begitu karakteristik dari masyarakat daerah setempat tidak akan pernah luntur. Sebaliknya, pandangan yang terlalu modern memiliki potensi yang lebih merusak terutama merusak kearifan lokal yang sudah ada. Bahkan, tak menutup kemungkinan akan merusak kebudayaan yang sudah ada, juga merusak alam sekitar.

Ciri-ciri Kearifan Lokal

  1. Bertahan dari Gempuran Budaya Asing
    Setiap negara, daerah, atau wilayah memiliki adat budayanya masing-masing. Berbeda dengan negara kita yang masih mempertahankan budaya dan adat istiadat, kebanyakan orang-orang dari negara asing di luar sana sudah melupakan adat dan istiadat nenek moyang mereka. Kepercayaan yang kuat inilah yang membuat budaya asing tidak bisa dengan mudah masuk dan mempengaruhi masyarakat. Dengan begitu, karakteristik masyarakat dari suatu daerah akan tetap terjaga dengan baik.
  2. Memiliki Kemampuan Mengakomodasi Budaya yang Berasal dari Luar
    Menghindari budaya asing yang masuk ke Indonesia bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Apalagi, di era globalisasi seperti sekarang, dimana segalanya bisa terhubung dengan mudah dan cepat. Budaya atau tren dari luar biasanya menyebar cepat melalui YouTube, televisi, dan media sosial.
  3. Mampu Mengintegrasikan Budaya Asing ke Dalam Budaya Asli di Indonesia
    Ciri kearifan lokal lainnya adalah kearifan lokal memiliki kemampuan bukan hanya untuk mengakomodasi, tetapi juga mengintegrasikan budaya asing yang masuk dan memadukannya dengan budaya yang sudah ada dengan baik. Salah satu video Wonderful Indonesia yang sempat viral beberapa bulan yang lalu misalnya. Video tersebut pada dasarnya berisi tentang berbagai kebudayaan tradisional Indonesia. Namun, kemudian dicampur dengan beberapa hal bernuansa modern dan asing seperti musim EDM. Hasilnya? Video itu terlihat sangat indah dan disukai banyak orang, baik itu orang asing maupun lokal.
  4. Mampu Mengendalikan Budaya Asing yang Masuk
    Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, budaya asing bukanlah sesuatu yang bisa ditolak dengan mudah. Namun disisi lain, kearifan lokal yang menjadi adat dan budaya asli juga mengakar begitu kuat, sehingga akan sulit untuk menghilangkannya dari masyarakat. Alih-alih hilang dan digantikan oleh budaya asing, kepercayaan terhadap kearifan lokal yang lebih kuat, sehingga membuat kita justru mampu mengendalikan budaya asing yang masuk. Bukan hanya itu, kita juga bisa dengan mudah menyaring budaya asing yang masuk. Dengan kata lain, kita menentukan mana budaya asing yang bisa diterima di Indonesia, dan mana budaya asing yang memiliki nilai buruk.
  5. Memberi Arah pada Perkembangan Budaya di Masyarakat
    Kearifan lokal yang sudah dipercaya oleh masyarakat sejak lama mau tidak mau juga akan mempengaruhi masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana tidak, kearifan lokal yang sudah berusia puluhan tahun pada akhirnya akan menjadi kepercayaan atau pedoman yang dianut oleh masyarakat setempat.

Fungsi dari Kearifan Lokal bagi Masyarakat

Kearifan lokal yang ada mungkin memiliki sifat yang sangat tradisional, tetapi keberadaan kearifan lokal sangatlah penting bagi masyarakat setempat. Hal ini dikarenakan, kearifan lokal bukan hanya bisa dijadikan pedoman dalam bertindak maupun bersikap, tetapi juga memiliki fungsi tertentu. Berikut fungsi dari kearifan lokal bagi masyarakat!

  1. Konservasi Pelestarian Sumber Daya Alam yang Ada
    Kearifan lokal memiliki cakupan yang cukup luas. Bukan hanya adat istiadat, kearifan lokal juga merupakan pandangan hidup masyarakat mengenai sumber daya alam yang ada di wilayah mereka. Kearifan lokal yang ada membuat masyarakat lebih sadar mengenai pentingnya sumber daya alam yang ada disekitar mereka.
  2. Menjadi Petuah, Kepercayaan, dan Pantangan
    Orang-orang tua kita di masa lalu, tentu ingin yang terbaik untuk kehidupan anak cucunya kelak. Sayangnya, mereka tidak bisa hidup selamanya untuk menjaga agar anak cucunya tetap menjalani kehidupan yang baik. Sebagai gantinya, nenek moyang kita mewariskan berbagai kearifan lokal. Dengan kearifan lokal yang melekat pada masyarakat, maka bukan hanya merupakan pandangan hidup yang bisa menjadi lebih baik. Lebih dari itu, kearifan lokal juga mencakup nasihat atau petuah, pantangan yang tidak boleh dilanggar, juga kepercayaan yang dipelihara dengan baik.
  3. Menjadi Ciri Utama Sebuah Masyarakat
    Kearifan lokal yang ada juga mencakup adat dan istiadat. Meski seringkali dianggap kuno, tetapi adat dan istiadat inilah yang justru membuat sebuah daerah jadi unik dan berbeda dari daerah lainnya di Indonesia. Dengan adanya kearifan lokal, maka masyarakat akan menganggap seperangkat tradisi sebagai hal yang sudah seharusnya dilakukan, karena mereka sudah terbiasa dengan adat istiadat dan budaya tersebut. Selain itu, masyarakat setempat juga sudah menganggap bahwa kearifan lokal merupakan hal yang memang harus dilakukan di wilayah tersebut.

Jenis-Jenis Kearifan Lokal

Kearifan lokal bukan hanya memiliki ciri dan fungsi saja, tetapi kearifan lokal juga terdiri dari dua jenis, yaitu kearifan lokal yang berwujud nyata atau dikenal dengan istilah tangible, dan juga kearifan lokal tidak berwujud atau yang biasa disebut intangible. Apa maksudnya? Yuk simak penjelasan lengkapnya di bawah ini!

  1. Kearifan Lokal Berwujud Nyata atau Tangible
    Sesuai dengan namanya, kearifan lokal berwujud nyata adalah kearifan lokal yang bisa kita lihat dan sentuh wujudnya. Kearifan lokal dalam bentuk nyata atau tangible ini bisa dilihat dalam berbagai bentuk, baik itu dalam bentuk tekstual seperti tata cara, aturan, atau sistem nilai.
    Bentuk selanjutnya adalah arsitektural seperti berbagai jenis rumah adat yang ada di setiap daerah di Indonesia. Misalnya rumah Gadang di Sumatera Barat, rumah Joglo dari Jawa Tengah, atau rumah Panggung dari Jambi.
    Bentuk kearifan lokal berwujud nyata lainnya adalah cagar budaya seperti patung, berbagai alat seni tradisional, senjata tradisional yang diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi lainnya, hingga tekstil tradisional seperti kain batik dari Pulau Jawa, dan kain tenun dari Pulau Sumba.
  2. Kearifan Lokal yang Tidak Berwujud atau Intangible
    Kebalikan dari kearifan lokal berwujud yang nyata dan bisa dilihat serta dirasakan, kearifan lokal tidak berwujud atau intangible ini tidak bisa dilihat wujudnya secara nyata. Namun, walaupun tidak terlihat, kearifan lokal jenis ini bisa didengar karena disampaikan secara verbal dari orang tua ke anak, dan generasi selanjutnya.
    Bentuk kearifan lokal tidak berwujud antara lain adalah nasihat, nyanyian, pantun, atau cerita yang mengandung pelajaran hidup bagi generasi selanjutnya yang bertujuan agar para generasi muda di wilayah tersebut tidak melakukan tindakan buruk yang dapat merugikan diri sendiri, masyarakat, serta alam sekitar yang menjadi rumah serta sumber penghidupan mereka.
    Contohnya adalah kepercayaan asal Papua yang dikenal dengan nama Te Aro Neweak Lako. Kepercayaan ini merupakan bentuk kearifan lokal yang tidak berwujud atau intangible, dimana masyarakat mempercayai bahwa alam merupakan bagian dari diri mereka.

Kearifan Lokal yang Ada di Gresik

Banyak sekali kearifan lokal yang ada di daerah Gresik diantaranya:

  1. Damar KurungDamar Kurung merupakan tradisi warga muslim Gresik untuk menyambut lailatul Qodar pada bulan ramadhan dalam kalender Hijriyah, yang menggantungkan lentera damar kurung di depan rumah. Menurut Penelitian Jaseters, Dari segi Bahasa Damar berarti Lampu yang mengeluarkan cahaya dari api kecil. sedangkan Kurung diartikan seperti tempat hewan tinggal yang lebih menuju ke Kandang atau sangkar burung buatan manusia dengan peletakan dengan cara di gantung. Arti keseluruhan Damar Kurung adalah Sebuah Lentera dengan bentuk kurung-an dengan cara di gantung.
  2. Pencak Macan

    Pencak macan adalah sebuah kesenian khas Gresik yang di klaim berasal dari desa Lumpur dan di ciptakan oleh kiai sindujoyo yang sekarang ini namanya diabadikan menjadi sebuah jalan di desa lumpur. Pencak macan berceritakan kiai sindujoyo saat bertapa di sebuah gua yang di ganggu oleh macan lorek dan macan putih, bukan itu saja, namun juga seekor kera, genderuwo dengan golok besarnya serta bujang ganong tokoh patih dalam seni reog tetapi di Pencak macan di sebut cingur dowo.
  3. Sedekah laut atau Petik Laut

    Petik laut merupakan tradisi yang bertujuan sebagai ungkapan syukur atas rizki dan keselamatan yang diberikan oleh Tuhan kepada para nelayan. Tradisi ini dilakukan oleh masnyarakat Desa Lumpur dan masyarakat Desa Campurejo Panceng.
    Kegiatan di Campurejo digelar bertepatan pada bulan Agustus, dengan menghias puluhan perahu nelayan sedemikian rupa lengkap dengan bendera merah putih, kemudian Perahu nelayan berlayar beriringan. Acara dimulai dengan kirab tumpeng. Tumpeng dikumpulkan di tempat pelelangan ikan. Berisi sayuran, nasi kuning serta lauk pauk. Dibawa keliling perahu nelayan. Banyak warga antusias melihat dari tepi pantai Campurejo.
  4. Nyadran

    Nyadran adalah suatu tradisi mendoakan leluhur yang sudah meninggal. Nyadran atau Sadranan adalah tradisi masyarakat yang dilakukan di bulan Sya’ban atau Ruwah untuk mengucapkan rasa syukur yang dilakukan secara kolektif dengan mengunjungi makam atau kuburan leluhur yang ada di suatu kelurahan atau desa di Gresik.
    Pelaksanaan tradisi Nyadran ditujukan untuk mendoakan leluhur yang sudah meninggalkan dunia dan untuk mengingatkan diri bahwa semua manusia pada akhirnya akan mengalami kematian. Nyadran juga dijadikan sebagai sarana guna melestarikan budaya gotong royong sekaligus upaya untuk menjaga keharmonisan masyarakat melalui kegiatan kembul bujono (makan bersama).
  5. Sedekah Bumi
    Tradisi sedekah bumi merupakan salah satu bentuk ritual tradisional masyarakat di pulau Jawa yang sudah berlangsung secara turun temurun.Upacara tradisional sedekah bumi itu sudah menjadi salah satu bagian yang sudah menyatu dengan masyarakat yang tidak akan mampu untuk dipisahkan dari budaya jawa yang menyiratkan symbol penjagaan terhadap kelestarian yang khas bagi masyarakat agraris maupun masyarakat nelayan khususnya yang ada di pulau jawa.
  6. Rebo Wekasan

    Rabu Wekasan disebut juga dengan Rebo Wekasan atau Rebo Pungkasan. Rebo artinya nama hari dalam bahasa Jawa, yaitu Rabu dalam bahasa Indonesia, sedangkan Wekasan adalah bahasa Jawa yang artinya pungkasan atau akhir. Jadi, Rabu Wekasan secara bahasa adalah hari Rabu Terakhir.
    Rebo Wekasan dianggap sebagai hari datangnya sumber penyakit dan marabahaya. Rata-rata, upacara yang dilaksanakan pada Rabu Wekasan adalah bersifat tolak bala. Tradisi ini merupakan perpaduan nilai-nilai agama Islam dengan tradisi Jawa.
    Tujuan peringatan Rabu Wekasan adalah menolak bencana (tolak bala) dan sebagai wujud rasa syukur. Kegiatan yang dilakukan biasanya terdiri dari berdo’a, salat sunnah, dan bersedekah.
  7. Kolak Ayam

    Kolak ayam merupakan tradisi dari Kabupaten Gresik. Kolak gurih ini merupakan tradisi dan warisan dari Sunan Dalem. Hidangan gurih ini mirip seperti layaknya kolak lainnya yaitu santan dan gula merah. Hanya saja, bahan utama adalah ayam kampung jantan. Sebelum dimasak, ayam ini disembelih bersama-sama dengan iringan doa. Untuk membuatnya, daging ayam yang sudah direbus harus disuwir-suwir. Setelahnya daging ayam suwir ini dimasukkan ke dalam campuran santan, air, dan gula merah.
    Prosesi membuat kolak ayam ini dikenal dengan tradisi sanggring yang menjadi warisan dari desa Gumeno, Gresik, Jawa Timur. Nama Sanggring berasal dari kata Sang yang artinya raja atau Penggedhe dan Gring yang artinya gering atau sakit. Jadi Sanggring artinya raja yang sakit. Tradisi ini biasanya dilakukan setiap tahun pada malam hari tanggal 23 Ramadhan. Kolak ayam yang dibuat ini nantinya akan dibagikan kepada masyarakat sekitar untuk berbuka puasa dan dimakan bersama-sama.
  8. Malam Selawe
    Malam Selawe adalah malam puncak peziarah datang ke Makam Sunan Giri, baik Peziarah Lokal ataupun Peziarah dari luar kota, hal ini dikarenakan salah satunya adalah untuk mendapatkan barokah Malam Lailatul Qadar. Karena banyaknya peziarah yang datang, maka hal ini dimanfaatkan para pedagang untuk berjualan dan menawarkan barang dagangannya.
  9. Pasar Bandeng
    Pasar Bandeng merupakan salah satu tradisi warisan Walisongo yang hingga kini masih dilestarikan. Tradisi ini pertama kali diadakan oleh Sunan Giri untuk mengangkat perekonomian rakyat setempat. Dua dari sembilan Walisongo penyebar agama islam yang berada di Gresik sangat berpengaruh dalam membangun tatanan budaya masyarakat Gresik. Keduanya adalah Syekh Maulana Malik Ibrahim dan Raden Paku atau Sunan Giri. Tradisi Pasar Bandeng (prepekan cilik dan prepekan gede) Yang diadakan dua hari sebelum Hari Raya Lebaran atau malam 29 ramadhan seharusnya menjadi ajang pengenalan hasil produksi masyarakat Gresik dan untuk menegaskan kembali hubungan erat antara tradisi agama dan ekonomi.
  10. Batik Gajah Mungkur

    Batik Gajah Mungkur merupakan batik tematik yang mengangkat kearifan lokal Kota             Gresik. Terlihat dari corak dan motifnya yang dipenuhi banyak ikon Gresik seperti jajanan pudhak, bandeng, walet dan motif gajah mungkur itu sendiri.
  11. Hutan mangrove
    Mangrove adalah pohon tropis yang tumbuh subur dalam kondisi yang tidak dapat ditoleransi  sebagian besar kayunya bersifat asin, perairannya yang pesisir, dan pasang surut  yang tak ada habisnya. Berkat kemampuannya menyimpan karbon dalam jumlah besar,  bakau adalah senjata utama dalam perang melawan perubahan iklim, tetapi terancam di seluruh dunia. Dengan melindungi hutan bakau, kita dapat membantu melindungi masa depan planet kita.
Visited 1,828 times, 1 visit(s) today
Yeni Rohma Yanti, M.Pd
Yeni Rohma Yanti, M.Pd

No Comments

Write a Reply or Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Translate

TRENDING

Show Buttons
Hide Buttons